Kemoterapi Kanker Paru

· Thoracic Oncology
Author

Jusuf A, Syahruddin E, Hudoyo A. J Respir Indones. 2009;29(4).

Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat keganasan. Terlihat kecenderungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan dari tahun ke tahun. Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis tetapi juga akibat respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang ada.. Angka tahan hidup 1 tahun 2347 penderita kanker paru yang diteliti oleh National Cancer Institute pada tahun 1983-1998, dihitung dengan life table method hanya 41,8% dan angka tahan hidup 5 tahun 12,0%. Berbagai data memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan dengan stage penyakit pada saat ditemukan. Usaha–usaha preventif seharusnya dapat dilakukan karena kaitan antara bahan karsinogen yang terkandung dalam asap rokok dan polusi udara telah dapat dibuktikan secara ilmiah sebagai bagian dari patogenesis kanker paru. Tetapi usaha preventif primer yaitu mencegah orang merokok sangat sulit untuk dilakukan, demikian juga usaha penemuan penyakit pada tahap dini juga belum menggembirakan.
Akibatnya sangat sedikit penderita yang terdeteksi pada stage dini, hal ini mengakibatkan terapi tidak dapat lagi diberikan untuk tujuan kuratif. Di sisi lain tampak bahwa pemberian multi-modality terapi pada penderita dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang hanya menerima modaliti tunggal. Bagaimanapun pembedahan masih merupakan pengobatan kanker paru yang memberikan hasil yang paling baik, bila dilakukan pada derajat yang operabel, yaitu stage I dan II (intrapulmoner, intratorakal) serta pada jenis histologis yang cocok untuk tindakan tersebut. Tetapi kesimpulan dari berbagai data menunjukkan bahwa umur tahan hidup 5 tahun penderita kanker paru dengan TNM stage T1N0 dan T2N0 serta telah menjalani reseksi lengkap (complete resection) masih berkisar antara 40-50%. Di luar negeri angka tersebut cukup tinggi, sedangkan data di Indonesia hanya 10-25% penderita menjalani pembedahan3-5 dengan angka tahan hidup penderita kanker yang dibedah 1 tahun 56,6%, 2 tahun 16,4% dan 5 tahun 2,4%.
Kebanyakan penderita terpaksa tidak diobati, atau diobati secara lokal (radioterapi) dan pada sebagian lain pengobatan sistemik dengan obat-obat sitostatik (kemoterapi). Pada saat ini dikenal berbagai macam obat sitostatik dan telah pula dilakukan penelitian efektiviti obat terhadap kanker paru. Sebelum ilmu biologi molekuler berkembang seperti sekarang ini, pembagian obat sitostatik berdasarkan farmakologik yaitu:

  • Alkylating agents
  • Antibiotic antineoplastics
  • Antimetabolites
  • Antineoplastic that alter hormone balance
  • Biological response modifiers
  • Miscellaneous antineoplastics

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan telah dapat dikenali mekanisme kerja intraseluler berbagai sitostatik dan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan terjadi resistensi sel kanker terhadap obat tersebut. Secara umum disebutkan bahwa efek sitostatik obat adalah merusak DNA/RNA yang pada akhirnya akan menimbulkan apoptosis. Disamping itu kespesifikan mekanisme kerja masing masing obat tersebut juga telah dikenal, misalnya etoposid bekerja sebagai anti-topoisomerase II, paklitaksel dan dosetaksel dengan cara menstabilisasi mikrotubul, gemsitabin sebagai kompetitor sistidin, sedangkan sisplatin atau karboplatin berikatan dengan guanin dan adenin. Perbedaan target agen masing-masing obat menyebabkan penggunaan lebih dari 1 obat dianjurkan, karena memberikan respons objektif yang lebih baik dari pada penggunaan obat tunggal.

Kata Kunci: kemoterapi kanker paru, kemoterapi, kanker paru, tumor paru, keganasan paru, chemotherapy, chemotherapy in lung cancer, survival, angka tahan hidup, radioterapi kanker paru, radioterapi, radiotherapy, tumor, kanker, alkylating agent, antineoplastic, etoposide, etoposid, paklitaksel, paclitaxel, cisplatin, sisplatin, gemcitabin, gemsitabin

Click for detailed article