Mekanisme Seluler dalam Patogenesis Asma dan Rinitis

· Asthma
Author

Surjanto E, Purnomo J. J Respir Indones. 2009;29(3).

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Rinitis alergi adalah kumpulan gejala pada hidung setelah terpajan alergen menyebabkan inflamasi yang dimediasi oleh immunoglobulin (Ig)E. Terdapat tiga gejala utama yaitu bersin, hidung tersumbat dan mucous discharge.
Mukosa hidung dan bronkus memiliki banyak kemiripan. Kebanyakan pasien asma mempunyai gejala rinitis yang mendukung konsep “one airway one disease”. Akan tetapi tidak semua pasien rinitis menderita asma. Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa asma dan rinitis sering terjadi bersamaan pada setiap negara. Prevalensi penderita asma tanpa rinitis kurang dari 2% sedangkan penderita asma dengan rinitis berkisar antara 10%-40%. Pasien dengan rinitis persisten lebih banyak menderita asma. Anak dan dewasa yang menderita asma dan rinitis secara bersamaan lebih banyak pergi ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan lebih lanjut dibanding menderita asma saja. Suatu penelitian menemukan pasien tersebut lebih banyak tidak masuk kerja dan menurunkan produktivitasnya tetapi dalam penelitian lain tidak menemukan hal tersebut. Terdapat beberapa perbedaan dan persamaan antara mukosa hidung dan bronkus dalam patogenesis asma dan rinitis. Kebanyakan pasien asma mempunyai riwayat rinitis tetapi hanya sedikit pasien rinitis menderita asma meskipun kebanyakan mempunyai riwayat hiperreaktivitas bronkus. Interleukin (IL)-5 dan vascular endothelial growth factor merupakan sitokin penting dalam terjadinya hiperreaktivitas bronkus pada pasien rinitis alergi. Jumlah yang rendah IL-4 dan IL-13 berhubungan dengan ketiadaan gejala asma dengan hiperreaktivitas bronkus. Hidung sampai alveoli mempunyai kesamaan sel epitel dan sel inflamasi sehingga diperkirakan merupakan satu kesatuan penyakit. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan dalam hal pajanan alergen dan zat berbahaya, hidung lebih banyak terpajan daripada saluran napas bawah.
Beberapa pasien dengan rinitis alergi mempunyai hiperreaktivitas bronkus terhadap metakolin atau histamin, terutama selama dan beberapa saat setelah musim serbuk sari (pollen season). Pasien dengan perennial rhinitis memiliki reaktivitas bronkus yang lebih tinggi dibanding pasien seasonal rhinitis.

Kata kunci: asthma, allergy, upper airway disease, rhinitis, asma, rinitis, alergi

Click for detailed article