Ultrasonografi Toraks

· Interventional Pulmonology
Author

Lyanda A, Antariksa B, Syahruddin E. J Respir Indones. 2011;31(1):38-43.

Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ d dalam tubuh. Manusia dapat mendengar gelombang suara 20-20.000 hertz. Gelombang suara antara 2,5 sampai dengan 14 kilohertz digunakan untuk diagnostik. Gelombang suara dikirim melalui suatu alat yang disebut transducer atau probe. Obyek didalam tubuh akan memantulkan kembali gelombang suara yang kemudian akan ditangkap oleh suatu sensor, gelombang pantul tersebut akan direkam, dianalisis dan ditayangkan di layar. Daerah yang tercakup tergantung dari rancangan alatnya. Ultrasonografi yang terbaru dapat menayangkan suatu obyek dengan gambaran tiga dimensi, empat dimensi dan berwarna. Pemeriksaan USG toraks lebih aman dibanding dengan pemeriksaan computed tomography scaning (CT Scan) dan radiologi karena tidak menggunakan radiasi. USG toraks dibandingkan dengan magnetic resonance imaging (MRI) lebih aman karena tidak menggunakan medan magnet yang kuat. Kekurangan dan kelebihan USG toraks dan radiologi dapat dilihat pada tabel 1.3 Efek samping yang sering dilaporkan adalah alergi pada jeli yang diberikan untuk membantu meningkatkan perambatan gelombang suara yang dipancarkan oleh transducer. Pengaruh dari gelombang ultrasonik sendiri belum ada yang melaporkan berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
Penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik yaitu sekitar tahun 1920 ketika prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Gelombang ultrasonik pertama kali digunakan untuk terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Gelombang ultrasonik digunakan untuk menghancurkan sel-sel atau jaringan berbahaya dalam tubuh, diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Penyakit yang diterapi menggunakan gelombang ultrasonik antara lain artritis, hemoroid, asma, ulkus peptikum, elefantiasis (kaki gajah) dan terapi angina pektoris. Baru pada awal tahun 1940 gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat eksperimen Karl Theodore Dussik seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich seorang ahli fisika berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Hasil pemindaian dengan menggunakan transducer (kombinasi alat pengirim dan penerima data) masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. George Ludwig ahli fisika Amerika kemudian menyempurnakan alat temuan Dussik tahun 1950. Teknologi transducer digital sekitar tahun 1990 memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama gelombang akan diterima transducer kemudian gelombang tersebut diproses sedemikin rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transducer yang digunakan terdiri dari transducer penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Bentuk-bentuk transducer dapat dilihat pada gambar 2. Pada tinjauan pustaka ini membahas USG toraks yang berhubungan dengan paru.

Click for detailed article